Fraktur Epifisiolisis Femur Distal
Pada anak-anak atau remaja
ekuivalen dengan fraktur suprakondiler, epifisis femoral distal dapat displace –
baik ke satu sisi (biasanya lateral) oleh tenaga angulasi terhadap lutut yang
dalam keadaan lurus atau akibat cedera hiperekstensi. Meskipun tidak sesering
fraktur physeal pada siku atau pergelangan kaki, cedera ini penting karena
potensinya menyebabkan pertumbuhan abnormal dan deformitas pada lutut.
Fraktur ini biasanya merupakan
Salter-Harris tipe 2 – dimana separasi physeal dengan fragmen tulang metafisis triangular
besar. Tipe fraktur ini memiliki prognosis baik, arrest pertumbuhan asimetris
tidaklah jarang dan si anak dapat mengalami deformitas valgus maupun varus. Semua
grade cedera, terutama Salter-Harris tipe 3 dan 4 dapat menyebabkan pemendekan
femur. Hampir 70% panjang femur didapat dari physys distal, sehingga arrest
dini dapat muncul menjadi masalah mayor.
Fraktur separasi
epifisis. Fraktur ini tidak susah direduksi dan biasanya dapat distabilisasi
dengan cast namun harus dipantau dalam beberapa minggu.
Epidemiologi :
Physys yang tersering cedera pada
daerah lutut. Me;iputi 1-6% cedera physeal dan kurang dari 1% dari semua
fraktur pada anak. Kebanyakan adalah Salter-Harris type 2 dan terjadi pada
remaja.
Anatomi :
Epifisis femoral distal terbesar
dan pertumbuhannya tercepat di tubuh. Tidak ada proteksi inheren pada physis;
struktur ligament dan tendon insersi pada epifisis. Nervus sciaticus membelah
pada level femur distal. Arteri popliteal memberi cabang geniculatum superior
ke lutut posterior dari metafisis femoral.
Fisiologi
Penampakan pusat osifikasi :
Femur distal : pada minggu ke-39
masa fetus
Tibia proksimal : usia 2 bulan
Tuberkel tibia : usia 9 tahun
Penutupan physeal :
Femur distal : usia 16-19 tahun
Tibia proksimal : usia 16-19
tahun
Tuberkel tibia : usia 15-17 tahun
Mekanisme cedera
Cedera langsung ke femur distal,
tidak sering namun biasanya akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dengan
lutut fleksi, atau aktivitas atletik seperti hentakan lateral terhadap lutus
dengan kaki yang berpijak pada olahraga sepak bola. Pada bayi dapat merupakan
child abuse. Cedera tidak langsung berupa varus/valgus,
hiperekstensi/hiperfleksi; biasanya akibat kompresi simultan terhadap salah
satu aspek dari physis dengan epifisis terpisah dari metafisis akibat tension. Separasi
physeal mulai dari sisi tension dan berlanjut ke metafisis pada sisi kompresi
(Salter Harris 2). Cedera in partu akibat letak bokong atau arthrogriposis juga
dapat terjadi fraktur ini. Kausa lain adalah trauma minimal akibat kelemahan
lempeng pertumbuhan (osteomyelitis, leukemia, myelodisplasia)
Tanda dan Gejala
Lutut membengkak dan mungkin ada
deformitas. Pulsasi pada kaki harus dapat dipalpasi, karena dengan displacement
epifisis ke anterior, arteri popliteal dapat obstruksi akibat femur bagian
distal.
Klasifikasi
Salter-Harris
Tipe 1 : Pada neonates dan remaja; diagnosis mudah terlewat; pelebaran
physeal dapat ditunjukkan pada radiograf stress
Tipe 2 : cedera tersering physis femoral distal; displacement biasanya
medial atau lateral, dengan fragmen metafiseal pada sisi kompresi
Tipe 3 : fraktur intraartikuler berlanjut ke epifisis (biasanya kondilus
medial akibat stress valgus)
Tipe 4 : cedera crush physeal; susah dalam diagnosis, biasanya secara
retrospektif setelah arrest pertumbuhan; penyempitan physis mungkin terjadi.
Terapi
Fraktur dapat direduksi sempurna
secara manual namun X-ray tambahan dibutuhkan untuk memastikan reduksi dapat
dipertahankan. Reduksi terbuka kadang dibutuhkan; flap periosteum dapat
terjebak pada garis fraktur. Salter-Harris tipe 3 dan 4 dapat direduksi secara
akurat dan difiksasi. Bila ada kemungkinan redisplacement, fragmen dapat
distabilisasi dengan Kirschner wire perkutan atau lag screw melewati spike
metafisis. Tungkai diimobilisasi dalam casr dan pasien diperbolehkan
weightbearing memakai crutches. Cast dapat dilepas setelah 6-8 minggu dan
fisioterapi dimulai.
Komplikasi
Awal
Cedera vaskuler, terutama a.
Poplitea (<2%). Adanya bahaya gangrene kecuali cedera hiperekstensi
direduksi tanpa delay.
Peroneal nerve palsy (3%) akibat
cedera traksi baik akibat fraktur atau reduksi atau epifisis yang displace ke
anterior / medial.
Displacement rekuren.
Lambat
Instabilitas lutut
Deformitas anguler (19%)
Leg Length Discrepancy
Kekakuan lutut
Arrest physeal. Kerusakan physis
tidak jarang dan deformitas residual membutuhkan osteotomy korektif pada ujung
periode pertumbuhan. Area kecil tethering melewati lempeng pertumbuhan dapat
dibuang sempurna dan pertumbuhan normal didapat. Pemendekan bila ada dapat
diterapi dengan pemanjangan femur. (Selvadurai Nayagam,2010)
Nayagam, Selvadurai. 2010. Apley’s
System of Orthopaedics and Fractures, 9th edition. Chapter 29 :
Injuries of The Hip and Femur, Page 872. London : Hodder Arnold
Tidak ada komentar:
Posting Komentar